Di Depan DPR, Sri Mulyani Sebut Kemiskinan dan Pengangguran Turun

Di Depan DPR, Sri Mulyani Sebut Kemiskinan dan Pengangguran Turun Harri Razali Tax Consuting - Konsultan Pajak Jakarta
Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memastikan, tingkat kemiskinan dan pengangguran Indonesia di tahun 2016 mengalami penurunan yang cukup signifikan.

Hal tersebut diungkapkan pada saat memberikan tanggapan pemerintah terhadap fraksi-fraksi atas RUU tentang pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) tahun anggaran 2016 di Ruang Rapat Paripurna DPR, Jakarta, Selasa (18/7/2017).

Sri Mulyani menyebutkan, pertumbuhan ekonomi mencapai 5,02%, lebih tinggi dibandingkan tahun 2015 yang sebesar 4,8%. Pendapatan per kapita mencapai sebesar Rp 47,96 juta/tahun, lebih tinggi dibandingkan tahun 2015 yang sebesar Rp 45,14 juta/tahun.

Tingkat ketimpangan pengeluaran atau rasio gini membaik dari tahun 2015 sebesar 0,402 menjadi sebesar 0,397. Sedangkan tingkat inflasi mencapai 3,02%, menurun dibandingkan tingkat inflasi tahun 2015 sebesar 3,35% atau angka inflasi ini merupakan inflasi tahunan terendah sejak tahun 2010.

Tahun 2016, perekonomian dunia masih belum menunjukkan pemulihan dan masih mengalami tekanan perlemahan terlihat dari masih rendahnya harga komoditas pertambangan dan perkebunan, dan rendahnya volume perdagangan dunia, kata Sri Mulyani.


Kondisi ini, lanjut dia, sangat mempengaruhi perekonomian Indonesia dan tentunya mempengaruhi pendapatan negara. Perekonomian global masih terus mengalami ketidakpastian, bersumber dari normalisasi kebijakan moneter di Amerika Serikat, risiko keamanan dan geopolitik, ketegangan di Timur Tengah dan Korea Utara, dampak Brexit, serta moderasi pertumbuhan ekonomi Tiongkok, yang mempengaruhi kinerja perdagangan internasional.

Namun, tegas Sri Mulyani, pemerintah tetap mampu menekan angka pengangguran dan kemiskinan. Tercatat dalam APBN 2016, tingkat pengangguran mencapai 5,6%, menurun dibandingkan tahun 2015 sebesar 6,2%. Sedangkan tingkat kemiskinan mencapai 10,7%, menurun dibandingkan tahun 2015 sebesar 11,2%.

Untuk nilai tukar rupiah atas US$ pada tahun 2016 menguat pada kisaran Rp 13.307 per US$ di tengah kecenderungan penguatan dolar AS karena keluarnya Inggris dari Uni Eropa dan terpilihnya Presiden Amerika Serikat.

Penguatan rupiah tersebut terutama disebabkan meningkatnya kepercayaan investor pada Pemerintah Indonesia seiring dengan peningkatan rating Indonesia mencapai Investment Grade oleh Standard and Poors, terutama karena perbaikan dalam pengelolaan APBN kebijakan fiskal, jelas dia.

Di tengah perlambatan dan ketidakpastian ekonomi global tersebut, Pemerintah lndonesia terus berupaya melaksanakan program pembangunan dan Nawa Cita dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat, keadilan sosial, dan meningkatkan produktivitas dan daya saing perekonomian Indonesia. (mkj/mkj) sumber detik.com